Pathol Sarang Kesenian Khas Kabupaten Rembang, Haruskah Dilestarikan?


Kabupaten Rembang memiliki berbagai tradisi yang unik, salah satunya adalah kesenian tradisional Pathol yang berasal dari wilayah pesisir pantai. Pathol Sarang, merupakan seni gulat tradisional khas Rembang. Awalnya, kesenian ini dipopulerkan oleh nelayan di kecamatan Sarang. Olahraga ini mengandalkan kekuatan otot dan para pemain dilarang memukul, menendang, atau menyikut. 

Pathol Sarang biasanya dilakukan pada peringatan-peringatan khusus, seperti Hari Kemerdekaan 17 Agustus dan peringatan sedekah desa atau di daerah pesisir disebut Sedekah Laut. Pathol adalah bagian dari warisan budaya tak benda yang mencerminkan identitas masyarakat Rembang, khususnya di daerah Sarang. Melestarikan permainan ini berarti menjaga warisan leluhur yang telah ada selama ratusan tahun dan merupakan bagian penting dari tradisi lokal. Setiap warisan budaya, termasuk permainan tradisional seperti pathol, berperan dalam memperkaya keanekaragaman budaya nasional.

Bupati Rembang H.Abdul Hafidz, mengapresiasi warga Sarang yang selama ini melestarikan tradisi nenek moyang.Dia mengungkapkan, selama nyantri di Pondok Pesantren Ma’hadul ‘Ulum Asy-Syar’iyyah (MUS) Sarang, Abdul Hafidz saat remaja selalu menyaksikan pathol sarang.

“Kulo matursuwun sanget wong Sarang (saya terima kasih banyak orang Sarang) peduli budaya tradisi pathol. Kulo jaman teng mriki angger taun nonton pathol (saya waktu di sini (mondok-red) tiap tahun nonton pathol, niki kulo teruske (ini saya lanjutkan). Selaku bupati supoyo Pak Inggi (Kades Karangmangu-red) nganakno pathol (menggelar tradisi pathol),” ungkapnya. (HS-08)

Kesenian Pathol Sarang memang sudah sewajarnya untuk terus dilestarikan, sebagai warisan budaya dan ciri khas budaya di kabupaten Rembang. Pelestarian kesenian ini penting karena memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dan budaya lokal.

Pertama, Pathol Sarang merupakan cerminan identitas dan sejarah masyarakat Rembang. Melestarikannya berarti menjaga tradisi leluhur agar tidak terlupakan oleh generasi muda. Selain itu, pertunjukan ini berfungsi sebagai media edukasi untuk mengajarkan tentang ilmu bela diri yang kelak dapat berguna ketika mengalami halangan. 

Pathol Sarang juga memiliki potensi untuk menarik wisatawan, sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi lokal. Dengan pertunjukan yang menarik, masyarakat bisa memanfaatkan kesenian ini sebagai sumber pendapatan tambahan. Selain itu, kesenian ini dapat mencegah hilangnya seni tradisional yang terancam oleh budaya modern yang mulai masuk ke Indonesia karena adanya globalisasi. 

Pelestarian Pathol Sarang juga membangun kebanggaan lokal. Ketika masyarakat merasa budayanya dihargai, mereka akan lebih bangga dengan identitas daerahnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda turut berpartisipasi dalam melestarikan budaya lokal yang ada didaerah kita. Dengan menjaga dan melestarikan Pathol Sarang, kita tidak hanya merawat masa lalu, tetapi juga mewariskan kebanggaan budaya kepada generasi mendatang.



Sumber: 
Foto: rembangkab.go.id

https://rembangkab.go.id/berita/pathol-sarang-dan-laesan-rembang-siap-diajukan-jadi-warisan-budaya-takbenda-2025/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pathol

https://jatengprov.go.id/beritadaerah/pathol-sarang-tradisi-sejak-zaman-majapahit-yang-masih-eksis-di-rembang/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu yang Tak Terucap dalam Puisi 'Janganlah Jauh' Karya W.S. Rendra

Seminar Bulan Bahasa: Perempuan dan Kearifan Lokal dalam Cerpen Indonesia

Membentuk Karakter Pendidik Masa Depan, Filosofi di Balik Pemilihan Putra Putri Prodi